Pada tahun 2009, Swedia optimistis bahwa digitalisasi pendidikan akan memberikan akses yang lebih luas serta mempersiapkan siswa menghadapi tantangan era digital abad ke-21. Oleh karena itu, negara tersebut mengganti seluruh buku cetak dengan perangkat digital. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai tantangan mulai muncul.
Beberapa laporan dari orangtua menunjukkan bahwa keterampilan dasar siswa, seperti membaca dan menulis, mengalami penurunan. Para pendidik juga mengamati bahwa siswa mengalami kesulitan berkonsentrasi dan mengingat informasi ketika belajar melalui layar digital dibandingkan dengan metode pembelajaran menggunakan buku cetak.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah akhirnya memutuskan untuk kembali ke metode pembelajaran tradisional dengan buku cetak. Keputusan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam hal keterampilan literasi siswa. Meski demikian, teknologi digital tetap akan digunakan dalam pendidikan, namun tidak lagi menjadi satu-satunya media utama dalam proses pembelajaran.
Langkah Swedia ini menjadi sorotan bagi banyak negara yang juga telah mengadopsi sistem pendidikan berbasis digital. Evaluasi lebih lanjut akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa perubahan ini memberikan dampak positif bagi siswa dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT