Mendikdasmen RI tersebut menyoroti kurikulum materi belajar di Indonesia dapat dikurangi namun tetap mendalam, seperti kurikulum deep learning yang diterapkan di Australia. Lantas, apa itu kurikulum Deep Learning?
Kurikulum deep learning dapat membantu siswa memahami materi secara lebih baik melalui metode pembelajaran yang membangun pemikiran kritis. Di samping itu, elemen yang dirancang dalam kurikulum deep learning bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan namun juga pengalaman bermakna bagi siswa. Seperti pembelajaran mindful, meaningful, dan joyful.
Sebenarnya model pembelajaran dari kurikulum deep learning sudah ada sejak 1995. Dikutip dari Teacher Magazine, berikut ini tiga elemen dalam kurikulum deep learning yang menjadi metode pembelajaran.
1. Mindful Learning
Para guru dapat menghargai keunikan dan keterlibatan siswa yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi siswa untuk aktif terlibat dalam proses belajar. Mindful learning akan lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan potensi setiap siswa selama proses belajar berlangsung. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat terlibat langsung melalui diskusi, eksperimen, dan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan oleh sang guru.
2. Meaningful Learning
Siswa diajak untuk memahami alasan di balik setiap pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan ini memposisikan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa mengaitkan pelajaran dengan penerapan di dunia nyata. Contohnya, guru dapat menjelaskan tentang konsep-konsep tertentu. Melalui pemahaman ini, siswa diharapkan lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.
3. Joyful Learning
Menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi para siswa, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Joyful Learning akan membuat siswa tidak hanya merasa senang, namun juga benar-benar memahami materi yang dipelajari. Contoh dalam pelajaran sejarah, guru bisa mengadakan simulasi atau diskusi yang membuat siswa lebih aktif terlibat. Melalui cara ini, siswa tidak hanya belajar sejarah sebagai hafalan, namun juga bisa memahami konteks historis secara lebih mendalam.
(sumber web https://www.hulondalo.id/)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT