Kenyataannya, ketidakjujuran semacam ini, meskipun terlihat sederhana dan berniat baik, bisa memberikan dampak yang kurang baik pada perkembangan anak. Apabila seorang anak mengetahui bahwa orang tuanya berbohong, kepercayaan mereka bisa terkikis. Mereka mungkin mulai meragukan ucapan-ucapan orang tua lainnya yang sebenarnya penting dan benar.
Ketika anak mulai merasakan bahwa orang tua tidak sepenuhnya jujur, mereka bisa merasa bingung atau kecewa. Hal ini dapat memengaruhi hubungan emosional antara anak dan orang tua, mengurangi rasa aman yang semestinya tumbuh dari kepercayaan pada orang tua. Dalam jangka panjang, mereka juga dapat belajar bahwa ketidakjujuran adalah perilaku yang diterima, dan mungkin menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ketimbang memberikan pernyataan yang menyesatkan, orang tua dapat mencoba pendekatan jujur yang tetap efektif. Alih-alih menggunakan ancaman tidak nyata, cobalah memberi penjelasan sederhana tentang alasan di balik suatu larangan atau perintah. Misalnya, katakan bahwa keluar malam berbahaya bagi anak-anak atau menjelaskan bagaimana makanan bergizi penting untuk kesehatan. Pendekatan ini tidak hanya membantu anak memahami alasan di balik aturan, tetapi juga melatih mereka berpikir kritis dan menghargai kejujuran.
Jadi, ketimbang menggunakan “kebohongan putih” yang tampaknya sepele, memilih jujur dengan penjelasan yang sesuai usia lebih baik bagi perkembangan psikologis anak. Keterbukaan dalam komunikasi akan membantu anak tumbuh dengan kepercayaan yang kuat terhadap orang tua dan nilai-nilai kebaikan yang tertanam dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT