Pemikiran Marcus sebagai seorang filsuf tentang kritik

Pemikirannya tentang kritik sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Stoisisme, sebuah aliran filsafat yang menekankan kebajikan, pengendalian diri
Estimated read time: 3 min
Harap tunggu0 detik...
Gulir ke bawah dan klik Buka Tautan untuk tujuan
Selamat! Tautan Dihasilkan


Marcus Aurelius, seorang filsuf Romawi dan kaisar dari tahun 161 hingga 180 M, sering membahas kritik dan bagaimana seseorang harus menanggapinya dalam karyanya "Meditations" (Renungan). Pemikirannya tentang kritik sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Stoisisme, sebuah aliran filsafat yang menekankan kebajikan, pengendalian diri, dan penerimaan terhadap nasib.

Berikut adalah beberapa pandangan Marcus Aurelius tentang kritik:

  1. Ketidakpentingan Kritik dari Orang Lain:
    Marcus Aurelius mengajarkan bahwa pendapat orang lain tentang diri kita tidaklah sepenting bagaimana kita melihat dan menilai diri sendiri. Ia menekankan bahwa kita tidak boleh terlalu terpengaruh oleh kritik, baik itu positif maupun negatif.

    "We all love ourselves more than other people, but care more about their opinion than our own." (Meditations, Book 12, Chapter 4)

  2. Mengendalikan Reaksi Sendiri:
    Dia percaya bahwa kita memiliki kendali penuh atas reaksi kita terhadap kritik. Kritik hanya memiliki kekuatan atas kita sejauh kita mengizinkannya. Dengan demikian, penting untuk menjaga ketenangan dan tidak bereaksi berlebihan.

    "Choose not to be harmed—and you won't feel harmed. Don't feel harmed—and you haven't been." (Meditations, Book 4, Chapter 7)

  3. Subscribe Youtube

    Menerima Kritik yang Konstruktif:
    Marcus Aurelius juga menekankan pentingnya bersikap terbuka terhadap kritik yang konstruktif. Jika kritik tersebut benar, kita harus menerimanya sebagai umpan balik yang bermanfaat untuk perbaikan diri.

    "If anyone can refute me—show me I'm making a mistake or looking at things from the wrong perspective—I'll gladly change. It's the truth I'm after, and the truth never harmed anyone." (Meditations, Book 6, Chapter 21)

  4. Menjaga Keseimbangan Emosi:
    Ia mengajarkan bahwa kita harus menjaga keseimbangan emosi dalam menghadapi kritik, dengan tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi pujian maupun celaan.

    "If you are pained by external things, it is not they that disturb you, but your own judgment of them. And it is in your power to wipe out that judgment now." (Meditations, Book 8, Chapter 47)

  5. Melihat Kritik sebagai Peluang untuk Latihan Kebajikan:
    Marcus Aurelius melihat kritik sebagai kesempatan untuk melatih kebajikan, seperti kesabaran, kerendahan hati, dan keteguhan hati. Menghadapi kritik dengan bijaksana adalah bagian dari latihan moral dan spiritual yang penting.

    "When you wake up in the morning, tell yourself: The people I deal with today will be meddling, ungrateful, arrogant, dishonest, jealous, and surly. They are like this because they can't tell good from evil. But I have seen the beauty of good, and the ugliness of evil, and have recognized that the wrongdoer has a nature related to my own—not of the same blood or birth, but the same mind, and possessing a share of the divine." (Meditations, Book 2, Chapter 1)

Dari pandangan-pandangan ini, kita dapat melihat bahwa Marcus Aurelius mengajarkan untuk merespons kritik dengan ketenangan, introspeksi, dan keseimbangan, serta menggunakan kritik sebagai kesempatan untuk berkembang secara pribadi dan moral.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Posting Komentar

Kanal Media Sosial
Ikuti Kegiatan di Kanal Youtube Ngopireng
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Harap sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kami telah mendeteksi bahwa Anda menggunakan plugin pemblokiran iklan di browser Anda.
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini, kami meminta Anda untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih di plugin pemblokiran iklan Anda.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.