Sholat Idul Fitri dan Idul Adha, yang sering diselenggarakan di lapangan terbuka, memiliki sejarah dan latar belakang yang kaya dalam tradisi Islam. Praktik ini berakar pada sunnah Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan sholat Id di area terbuka, bukan di dalam masjid, kecuali dalam kondisi tertentu seperti cuaca buruk. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin umat Islam dalam satu tempat, menunjukkan kekuatan dan persatuan umat.
Tradisi ini dimulai di Madinah, setelah hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah. Nabi Muhammad SAW ingin menciptakan sebuah tradisi yang bisa mempersatukan umat Islam, terutama dalam perayaan yang menandai berakhirnya Ramadan (Idul Fitri) dan musim haji (Idul Adha). Dengan berkumpul di lapangan terbuka, umat Islam dari berbagai lapisan masyarakat dapat bertemu, saling mengenal, dan memperkuat tali persaudaraan, menghapus perbedaan kelas sosial yang mungkin ada.
Penggunaan lapangan sebagai tempat sholat Id juga mengajarkan kepada umat Islam tentang kesederhanaan dan kembali ke fitrah. Hal ini mencerminkan nilai-nilai egalitarian dalam Islam, di mana semua orang, tanpa memandang status sosial atau ekonomi, berdiri bahu-membahu dalam satu saf sholat. Hingga saat ini, tradisi sholat Id di lapangan masih terus dipraktikkan di berbagai belahan dunia, sebagai wujud kebersamaan dan kesatuan umat Islam dalam merayakan hari-hari besar mereka.
Sholat Idul Fitri dan Idul Adha, yang sering disebut sebagai sholat Id, merupakan salah satu praktik ibadah yang sangat penting dalam tradisi Islam, yang dilaksanakan secara berjamaah di lapangan terbuka atau masjid besar. Tradisi ini memiliki sejarah panjang yang berkembang seiring dengan perjalanan waktu, termasuk di masa Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Muhammadiyah, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912, dikenal dengan pendekatannya yang modern dan reformis terhadap praktik-praktik Islam, termasuk dalam pelaksanaan sholat Id. Muhammadiyah berupaya menghidupkan kembali sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW, termasuk menggalakkan umat Islam untuk melaksanakan sholat Id di lapangan terbuka sebagai bentuk pengamalan yang lebih mendekati kepada apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
Sejak didirikannya, Muhammadiyah telah aktif mengorganisir sholat Id di lapangan terbuka di berbagai daerah di Indonesia. Ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan memperlihatkan kebersamaan umat Islam. Sholat Id di lapangan juga menjadi simbol persatuan dan kesatuan, di mana umat Islam dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi berkumpul bersama, mengesampingkan perbedaan, dan bersujud kepada Allah SWT secara bersama-sama. Muhammadiyah juga seringkali menggunakan kesempatan sholat Id untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dan sosial kepada jamaah yang hadir.
Dalam perkembangannya, tradisi sholat Id di lapangan ini tidak hanya terbatas pada organisasi Muhammadiyah saja, tetapi juga telah menjadi praktik umum di banyak komunitas Muslim di Indonesia. Tradisi ini terus berkembang dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan umat Islam di berbagai daerah, tetapi esensi dari sholat Id di lapangan, yaitu sebagai wujud penghambaan kepada Allah SWT dan peningkatan tali persaudaraan antar umat Islam, tetap terjaga hingga saat ini.